Manusia yang beruntung adalah seseorang yang diberikan nikmat di dunia dan akhirat. Tanpa adanya nikmat ini niscaya manusia akan merasakan kesusahan, kesempitan dalam menjalin kehidupan.
Di dunia ini, bila seseorang diberikan harta yang melimpah, tahta yang mulia, dan wanita yang cantik jelita serta kesehatan jasmani maka ia akan merasakan kenikmatan tersendiri, ditambah lagi rajin dalam beribadah akan terasa lebih nikmat lagi.
Abu Naim al-Asfihani dalam kitab Hilyat Al-Aulia mengutip perkataan Imam Wahb bin Munabbih
رءوس النعم ثلاثة: فأولها نعمة الإسلام التي لا تتم نعمة إلا بها، والثانية: نعمة العافية التي لا تطيب الحياة إلا بها، والثالثة: نعمة الغنى التي لا يتم العيش إلا بها.
Nikmat yang paling besar ada tiga kategori. Pertama, Nikmat Islam yang menambah sempurna semua kenikmatan. Kedua, Nikmat kesehatan yang menjadikan hidup semakin nyaman. Ketiga, Nikmat kekayaan yang menambah sempurna kehidupan seseorang.
Ketiga nikmat diatas merupakan sumber kenyamanan, kenikmatan tersendiri karena nikmat materi akan menjadi lebih sempurna bila diberikan ketenangan ruhani.
Berapa banyak orang yang kaya materi namun miskin ruhani mengakhiri dirinya karena kekosongan spiritual, semangat hidupnya redup karena terlena akan kenikmatan sesaat. Sebaliknya banyak orang yang kaya akan ruhani namun miskin materi berani menjual keimanannya demi sesuap nasi maupun sebungkus mie.