Ada pepatah yang mengatakan: “kalau cinta ya sewajarnya, kalau benci ya biasa saja”.
ﻭﻻ ﺗﻚ ﻓﻲ ﺣﺐ اﻷﺧﻼء ﻣﻔﺮﻃﺎ … ﻓﺈﻥ ﺃﻧﺖ ﺃﺑﻐﻀﺖ اﻟﺒﻐﻴﺾ ﻓﺄﺟﻤﻞ
ﻓﺈﻧﻚ ﻻ ﺗﺪﺭﻱ ﻣﺘﻰ ﺃﻧﺖ ﻣﺒﻐﺾ … ﺣﺒﻴﺒﻚ ﺃﻭ ﺗﻬﻮﻯ اﻟﺒﻐﻴﺾ ﻓﺎﻋﻘﻞ
artinya: janganlah kalian membenci sahabatmu berlebihan, kadangkala kebencianmu malah berubah menjadi kemesraan. karena kalian tidak tahu, kapan kebencian berubah menjadi keharmonisan.
Dalam sejarah islam banyak tokoh yang awalnya membenci Islam seperti Umar bin Khattab, kemudian menyatakan keislamanya tanpa paksaan, karena beliau melihat kebenaran tanpa mengedepankan ego, maupun kepentingan. Namun gara-gara perbedaan pendapat, pilihan, menjadikan orang terlalu fanatik terhadap apa yang ia sukai, tanpa menggunakan akal fikiran yang jernih dalam menghadapinya, sehingga ego dan hawa nafsu sebagai pijakanya, akhirnya timbul kebencian yang mendalam terhadap orang yang berbeda dengannya.
Dibalik itu semua tersimpan hikmahnya, terbukti dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 216 yang artinya: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Ayat ini menjelaskan tentang hikmah tersembunyi dibalik sesuatu yang kita benci ternyata tersimpan segudang kebaikan, begitu juga kecintaan terhadap sesuatu yang dibanggakan bisa jadi bumerang.
Jadi yang terbaik buat kita adalah berperasangka baik kepada Allah, bahwa segala sesuatu ada tujuan tersendiri, seperti perkataan Ibnu Ataillah:
ربما أعطاك فمنعك، و ربما منعك فأعطاك
Terkadang Allah memberimu dengan cara menghalangimu, terkadang mencegahmu dengan cara memberimu.