Seorang ayah meminta anaknya untuk membuat 2 cangkir kopi tanpa gula di dalamnya. Tidak lama kemudian, sang anak membawakan kopi tersebut sekaligus gula dalam wadah terpisah.
Anak : “ini ayah gulanya, siapa tau ayah membutuhkan sedikit gula.”
Ayah : “hmmm baiklah.. sebelumnya kau coba dulu kopi tanpa gula ini.”
Anak : *mencobanya lalu berkata, “ini pahit ayah.”
Ayah : “baiklah, sekarang kau beri sesendok gula pada kopi di cangkir ini (cangkir 1), aduk lalu kau cobalah.”
Anak : *memberi sesendok gula lalu mencobanya. “Agak berkurang pahitnya ayah.”
Ayah : “sekarang beri sesendok gula lagi, aduk lalu coba lagi.”
Anak : “lumayan ayah, rasa pahitnya berkurang banyak”
Ayah : “beri satu sendok gula lagi, aduk lalu coba lagi”
Anak : “pahitnya terasa sedikit sekali ayah, lebih terasa manisnya”
Ayah : “bagus, coba sesendok gula lagi, aduk lagi coba lagi”
Anak : “rasanya seperti bukan kopi ayah, manis..”
Ayah : “beri gula lagi, aduk, coba lagi”
Anak : *huek .. “rasanya malah tidak enak ayah. Terlalu manis”
Ayah : “masih sanggup beri gula lagi?”
Anak : “pasti rasanya tidak karuan, tambah tidak enak.”
Ayah : “ketahuilah nak, jika kopi pahit kita ibaratkan dengan kemiskinan hidup dan gula manis laksana kekayaan harta, menurut mu sebaiknya nikmatnya hidup seperti apa?”
Anak : *termenung lalu berkata, “ya ayah, aku paham sekarang. Kenikmatan hidup dapat kita rasakan jika kita hidup secukupnya, sewajarnya, tidak melampaui batas.”
Ayah : *tersenyum “ya anakku, sekarang kopi yang terlalu manis tadi kau campur dengan kopi pahit yang belum kau beri gula (kopi 2), lalu cobalah.”
Anak : “ini enak ayah, nikmat.”
Ayah : ” ya anakku, seperti itulah. Jika kau diberi kelebihan harta lalu kau mau berbagi dengan yang lain. Maka kenikmatan hidup juga akan kau rasakan”
Anak : “Terima kasih ayah, sekarang aku sangat paham sekali.”
Selamat minum kopi