Setiap makhluk yang diciptakan oleh Allah pasti menyimpan tujuan atau hikmah masing-masing. misalnya manusia diciptakan ke dunia ini tidak lain untuk beribadah dan memakmurkan bumi ini.
Maka akan merugi orang yang terpukau akan gemerlapan dunia ini sampai melupakan kewajiban bahkan hak Untuk dirinya sendiri.
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (64
Artinya: Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (QS. Al Ankabut: 64).
4 Penjelasan kata Hayat
Imam Raghib Al Asfihani dalam Al Mufradat fi Gharibil Qur’an menjelaskan bahwa kata “hayat” ada 4 penggunaan arti.
Pertama, kata “hayat” berati kekuatan untuk tumbuh. Hal ini dapat ditemukan pada tumbuhan dan hewan.
Kedua, digunakan untuk kekuatan akan daya sensitif atau kepekaan.
Baca juga:
- Nasehat Imam al-Ghazali: Agar Mendapatkan Ridha Allah
- Sebelum Menjadi Pendakwah, ini 10 Syarat yang perlu Dipahami
- Tiga Tingkatan Manusia yang Perlu Dicermati
- Tafsir Surat Al-Anfal Ayat 9-10 tentang Tujuan Dianjurkan Beristighatsah
Ketiga, berarti kekuatan daya nalar dan bekerja.
Keempat, sebagai ungkapan untuk hilangnya kesedihan.
Imam Thabari menjelaskan maksud ayat diatas adalah seumpama orang-orang musyrik mengetahui bahwa kehidupan dunia hanya sementara dan kehidupan akhirat kekal abadi makan ia tak akan ingkar kepada Allah dengan menyekutukan-Nya (berbuat syirik).
Sedangkan menurut imam Qurtubi, kehidupan akhirat bersifat abadi tak akan hilang oleh zaman maupun kematian.

Kehidupan terbagi menjadi empat macam.
Imam al-Qusyairi dalam Risalahnya mengutip perkataan Sahal at-Tusturi:
اﻟﻌﻴﺶ ﻋﻠﻰ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﻭﺟﻪ ﻋﻴﺶ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻓﻲ اﻟﻄﺎﻋﺔ ﻭﻋﻴﺶ اﻷﻧﺒﻴﺎء ﻓﻲ اﻟﻌﻠﻢ ﻭاﻧﺘﻈﺎﺭ اﻟﻮﺣﻲ ﻭﻋﻴﺶ اﻟﺼﺪﻗﻴﻦ ﻓﻲ اﻻﻗﺘﺪاء ﻭﻋﻴﺶ ﺳﺎﺋﺮ اﻟﻨﺎﺱ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺃﻭ ﺟﺎﻫﻼ ﺯاﻫﺪا ﻛﺎﻥ ﺃﻭ ﻋﺎﺑﺪا ﻓﻲ اﻷﻛﻞ ﻭاﻟﺸﺮﺏ
Kehidupan terbagi menjadi empat macam. Pertama, Kehidupan Malaikat yang bertujuan untuk ketaatan. Kedua, Kehidupan para Nabi bertujuan untuk Ilmu dan menunggu turunnya Wahyu. Ketiga, Kehidupan orang-orang yang benar dalam keimanan dan perbuatannya bertujuan untuk mengikuti Nabi. Keempat, Kehidupan semua manusia, baik yang pintar atau tidak, yang Zuhud (tak tergila akan dunia) atau ahli ibadah bertujuan sekedar untuk makan dan minum.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa Kebutuhan dasar manusia adalah tercukupi sandang, papan, pangan. Namun sebagai orang yang sadar akan tujuan kehidupan, sebaiknya tak terlena dengan kepentingan sesaat yang diibaratkan seperti makan dan minum.
Senikmat apapun makanan bila telah melewati tenggorokan maka akan hilang rasanya dan tinggal menunggu akhirnya yaitu berupa kotoran yang sangat menjijikkan baginya. Itu semua gambaran kehidupan di dunia ini, hanya sesaat, dan berubah dengan cepat.