

Berbeda itu wajar. Kenapa demikian? Alasannya adalah karena hal ini sudah menjadi ketentuan Allah (Sunnatullah) di muka bumi. Tujuannya agar saling melengkapi, saling mengisi satu dan yang lainnya. Allah menciptakan manusia ada yang laki-laki juga ada yang perempuan, ada yang menjadi pejabat juga sebagai rakyat, ada yang pintar juga ada yang kurang ajar.
Kriteria mukmin Yang paling mendasar dari karakternya yaitu mampu memberikan rasa aman, sehingga terjamin hak-hak orang lain. Ini penjelasan selengkapnya
Imam Al-Ghazali dalam karyanya yang berjudul Asnaf al-Magrurin menjelaskan bahwa orang mukmin yang tertipu adalah orang yang selalu berpangku pada ampunan Allah (rahmat-Nya) tapi
Ini yang membedakan dengan orang munafik, ia hanya mengucapkan kata iman dengan lisannya saja, hati dan anggota badannya tak membenarkan.
Abu Naim al-Asfihani mengutip perkataan Abu Abdillah as-Saji yang memaparkan lima hal yang harus diketahui oleh orang mukmin.
Orang Mukmin adalah orang yang meyakini akan adanya Allah dan rasul-Nya serta memberikan kenyamanan dan keamanan kepada orang lain. Hal dibuktikan dengan ucapannya harus sesuai dengan prilakunya.
Kehidupan di dunia ini sebagai sebuah ujian, ia menjadi pemenang atau menjadi seorang pecundang yang kalah dalam pertempuran. Untuk menghadapi semua godaan itu, seorang mukmin harus mempunyai tameng sebagai pelindung diri agar ia selamat.
Akhir-akhir ini, fenomena di masyarakat mudah menyalahkan bahkan mencaci dan yang lebih dikhawatirkan adalah mempunyai kebiasaan melaknat kepada sesama orang mukmin. Hal ini dipicu gara-gara perbedaan dalam menyikapi berbagai persoalan mulai politik yang memanas atau cara beragama yang terlalu kaku bahkan terkesan memaksa sehingga menjadikan dirinya merasa paling benar, paling sesuai ajaran. Akhirnya menganggap orang lain keliru, salah jalan. Kejadian ini berdampak negatif di masyarakat sekitar seperti tidak adanya rasa hormat kepada sesama manusia.
Manusia yang paling mulia adalah orang yang mampu memberikan manfaat, kebaikan untuk dirinya sendiri dan orang lain baik dengan ilmu, harta maupun kemampuan yang dimilikinya. Ia senantiasa berusaha semaksimal mungkin tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.